Tahun 2011, rupanya menjadi tahun optimisme bagi XL. Setelah sukses menggeser Indosat di peringkat kedua, XL tengah memantapkan langkah untuk menjaga posisi itu. Bahkan jika memungkinkan, mengejar peringkat satu dengan 'mengalahkan' Telkomsel.
Optimisme ini tak lepas dari kinerja yang berhasil dicapai XL tahun 2010. Sepanjang tahun 2010, operator ini membukukan laba bersih Rp2,9 triliun, meningkat 69 persen ketimbang tahun 2009. Pendapatan usaha perusahaan juga meningkat 27 persen menjadi Rp17,6 triliun sementara EBITDA mencapai Rp9,3 triliun.
Pelanggan mencapai 40,4 juta pelangan di akhir tahun 2010, naik 28 persen dari 31,4 juta pelanggan di akhir tahun 2009. Yang menarik, XL juga telah melunasi sebagian pinjaman hingga akhir tahun 2010, total pinjaman XL berkurang dari Rp 13,5 triliun menjadi Rp 10,2 triliun.
Lantas mengapa XL bisa mencapai kinerja sehebat itu? Direktur Marketing Nicanor N Santiogo menyebut ada tiga elemen utama yang mempengaruhi kinerja XL, yakni Top Line Growth, operating profitability dan asset profitability.
Top line growth, kata Nicanor, antara lain ditopang oleh sukses produk XL di pasaran. Nicanor menyebutkan bahwa tahun 2010 brand XL menjadi pilihan utama pengguna layanan telekomunikasi. Hal ini, ujarnya, tak lepas dari karakter brand XL itu sendiri. ''Dengan memiliki produk prabayar dan pascabayar, kami lebih mudah,'' ujar Nicanor kepada wartawan di Makassar, pekan lalu.
Kuatnya brand XL tak lepas dari berbagai elemen yang melekat didalamnya. Nicanor menunjuk harga yang semakin terjangkau untuk semua segmen pelanggan. ''Kami juga memiliki layanan *123# yang memberikan info yang relevan dengan kebutuhan pelanggan dan menawarkan berbagai program kepada pelanggan. Dengan layanan yang sama, pelanggan bisa melakukan cek sisa pulsa,'' papar Nicanor.
Penyumbang lain adalah cepatnya pertumbuhan layanan data. Hal ini, antara lain ditopang kehadiran portal XL Go yang customized, mudah diakses dan dioperasikan. Di portal ini, uniknya, XL juga menyediakan informasi mengenai sisa pulsa, selain penawaran berbagai aplikasi serta layanan gratis.
Sukses di tingkat top line tadi kata Direktur Commerce Joy Wahyudi, memang tidak sendirian. Ada penopang lain yang menjadi top line semakin kokoh. Salah satu faktor penopangnya adalah efisiensi yang dilakukan XL. '' Kami melakukan efisiensi untuk menekan biaya operasi,'' papar Joy.
Sejauh ini, efisiensi yang dilakukan tidak menganggu operasional secara keseluruhan. Pasalnya, efisiensi yang diterapkan lebih menggambarkan inovasi, ketimbang pengurangan biaya langsung. Distribusi, misalnya. Pengembangan konsep baru distribusi, berhasil menekan biaya yang sebelumnya dikeluarkan.
Konsep baru distribusi, dengan mengembangkan sistem clustering dilukiskan Joy mampu memperluas dan memperpendek rantai distribusi. ''Kami mengembangkan 200 kluster. Dari 200 kluster ini lahir 200 ribu outlet XL,'' kata Joy. Sistem cluster berhasil meningkatkan jumlah outlet XL sekitar 7 kali lipat dalam waktu singkat. Ujung-ujungnya, biaya operasi bisa dihemat hingga enam persen.
Langkah berikutnya adalah melakuka optimasi dan modernisasi asset. Menurut Joy, BTS yang dimiliki XL menjadi perhatian utama. ''Kita melakukan modernisasi BTS. Ini memang membutuhkan investasi, namun dengan modernisasi kami bisa melakukan penghematan biaya operasi,'' kata Joy.
Tak hanya menghemat biaya operasi, dari BTS XL memiliki sumber pendapatan baru. Dari 22 ribu BTS yang dimiliki, kini ada 5 ribu BTS yang disewakan. Berapa hasilnya? ''Tahun 2010 kami mendapat Rp 792 miliar dari sebanyak 10 customer,'' kata Joy.
Sukses XL menjadikan harga saham melesat sekitar 127 persen dan tercatat sebagai kenaikan tertinggi pada industri telekomunikasi di Asia, bahkan dunia. Berminat beli saham XL?
Sumber: http://www.republika.co.id/
Pencarian Terkait:
Pulsa elektrik, Pulsa elektrik cari agen, Pulsa elektrik termurah, Provider pulsa elektrik satu chip semua operator, Provider pulsa elektrik transaksi cepat, Bisnis Pulsa Elektrik