Dilansir melalui Cellular News, Minggu (6/2/2011), perusahaan riset GfK menemukan bahwa di Timur Tengah dan Afrika, satu dari 10 pengguna telepon selular telah menggunakan telepon selular dual kartu SIM.
Sedangkan di Asia, sekira 16 persen dari seluruh telepon selular yg terjual memiliki fasilitas dual kartu SIM. Angka ini dipercaya merepresentasikan peningkatan dari 13 persen pada awal 2010 lalu.
GfK percaya fenomena ini akan terus berlanjut menjadi tren yg cukup ekstrim di beberapa negara tertentu. Di Nigeria misalnya, menurut GfK, lebih dari 30 persen handset yg tersebar merupakan telepon selular dual sim.
Bahkan di negara lain seperti Indonesia, Vietnam, Ghana, dan India, pasar telepon selular dual sim terus meningkat. Di 2009, hanya satu dari 10 telepon selular di negara-negara tersebut yg memiliki dual kartu SIM. Sedangkan pada 2010 diketahui telah mencapai satu dari empat pengguna telepon selular.
"Kami telah melihat adanya telepon selular dengan triple kartu SIM yg diluncurkan baru-baru ini. Ini merupakan bukti jika perilaku kepemilikan telepon selular multi-sim telah tumbuh menjadi sebuah fenomena, khususnya di pasar negara berkembang atau yg baru terbentuk," ujar Direktur Global Telco Marketing GfK, Aaron Rattue.
Menurut Rattue, kebutuhan akan telepon selular multi-SIM merupakan salah satu pemenuhan hasrat konsumen untuk menggunakan layanan telekomunikasi dengan tarif yg berbeda, tergantung waktu dan pemakaian.
Selain dual sim dan triple sim, sebuah perusahaan semikonduktor asal China, Spreadtrum Communication pun mengklaim telah mengembangkan sebuah chip yg dapat menampung empat nomor sekaligus (quad-sim).
Single chip yg bertajuk SC6600L6 memungkinkan empat kartu sim GSM berjalan secara bersamaan pada modus siaga dengan menumpang baseband dan radio frekuensi yg sama. Single chip ini mengintegrasikan mesin prosesor dan controller untuk mendukung empat kartu sim dan memaksimalkan grafis antarmuka yg ditingkatkan untuk empat sim.